SIFAT FISIK DAN
MIKROSTRUKTUR DARI KAMABOKO YANG DITAMBAH DENGAN EKSOPOLISAKARIDA Lactobacillus
bulgaricus
(Physical Properties
and Microstucture of Kamaboko Added with Lactobacillus bulgaricus
Exopolysaccharide)
Ratmawati Malaka and
Metusalach
ABSTRACT
Exopolysaccharides (EPS) are bioactive compounds produced
by specific microbial that are exreted out the cell wall. Their applications in foods, especially in
milk products, have been studied. In
this experiments, the EPS extracted from L.
bulgaricus was used in kamaboko, which is a pasta fish product. Physical properties and microstructure of
kamaboko were used to determine the effects of EPS in this product. Physical properties evaluated were cooking
lost and tenderness, and the structure formed between the EPS and kamaboko
proteins was analyzed histologically.
Results showed that EPS improved the quality of the kamaboko by
decreasing the cooking lost and increasing the texture of the kamaboko as
confirmed by the microstructure properties.
Key words : exopolysaccharide, kamaboko, microstructure, physical properties, Lactobacillus bulgaricus
ABSTRAK
Eksopolisakarida adalah produk bioaktif yang dihasilkan
oleh mikroba tertentu yang dieksresikan ke luar sel. Aplikasi pada berbagai produk pangan telah
pernah dicoba khususnya pada produk susu.
Pada penelitian ini aplikasi EPS dari L. bulgaricus dilakukan pada produk ikan yaitu kamaboko yang berupa
produk pasta ikan. Untuk melihat
bagaimana pengaruh EPS pada produk ikan ini, dilakukan pengujian fisik dan
mikrostruktur. Pengujian fisik yang
diukur adalah susut masak dan keempukan, dan kemudian reaksi yang terjadi
antara EPS dan protein kamaboko dilihat dengan pembentukan struktur dengan
membuat preparat histology. Hasilnya
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas dengan terjadinya penurunan
susut masak dan peningkatan tekstur yang dibuktikan dengan penampakan
mikrostruktur.
Kata kunci : eksopolisakarida,
kamaboko, mikrostruktur, sifat fisik, Lactobacillus
bulgaricus
PENDAHULUAN
Eksopolisakarida (EPS) yang
dihasilkan oleh L. bulgaricus merupakan hidrokoloid heteropolisakarida
yang mampu membentuk gel ketika dipanaskan.
Aplikasi EPS bakteri seperti curdlan, dekstran, pullulans, gum xantan
pada produk pangan telah dilaporkan oleh sejumlah peneliti (Harada et al.,
1991; Nakao et al. 1991; Malaka, 1997; Broadbent et al., 2003).
Aplikasi EPS pada produk ikan belum banyak diteliti.
Secara biokimia, struktur dan fungsi
otot ikan serupa dengan hewan darat,
tetapi dalam proses pengolahan, myosin daging ikan kurang stabil
dibandingkan dengan myosin pada daging hewan darat khususnya mamalia (Bechtel,
1986). Hal ini disebabkan sifat
miofibril ikan khususnya daya ikat air yang rendah sehingga mudah kehilangan
daya emulsi dan kemampuan membentuk gel.
Kamaboko merupakan salah satu produk
daging ikan yang dihaluskan dan berbentuk pasta. Produk ini populer di Jepang yang semakin
berkembang dari tahun ke tahun antara lain, Chikuwa (kamaboko berbentuk
silinder), satsumage (kamaboko berbentuk lembaran) dan sosis kamaboko
(Pigott dan Turker, 1990).
Sifat fungsional kamaboko dapat
ditingkatkan dengan menambahkan bahan pengikat (binders) dari bahan hidrokoloid
yang umumnya berupa polisakarida. Oleh
sebab iru pada penelitian ini dicoba digunakan EPS dari L. bulgaricus
yang telah pernah digunakan pada produk susu, untuk melihat pengaruhnya
terhadap sifat fisik dan pembentukan
struktur pada kamaboko.
METODE
PENELITIAN
Pembuatan Kamaboko
Surimi dibuat dari ikan teri putih
segar yang diambil dari Tempat Pelelangan Ikan Paotere, Makassar. Surimi dibuat berdasarkan formula Pigott dan
Tucker (1990) yaitu ikan dicuci dengan air kran. Kepala beserta isi perutnya dibuang dan
dicuci kembali sampai bersih. Selama
pencucian ditambahkan garam 0,3% untuk meningkatkan kelarutan protein
miofibril. Ikan kemudian digrinder dan
ditambahkan garam 0,3% dan es batu 10% kemudian dicuci dengan air sebanyak tiga
kali. Surimi kemudian dapat disimpan
beku dan dibuat produk ikan berbasis surimi, seperti kamaboko dan sosis.
Kamaboko kemudian dibuat dari surimi
dengan ditambahkan tepung jagung sebanyak 30% dan 0,3% merica dan bawang
putih. EPS ditambahkan dengan
konsentrasi 0%, 0,5% dan 1,0%; kemudian dibuat pasta dan dicetak berbentuk
selinder, lalu dikukus.
Rancangan dan Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang diterapkan
adalah Rancangan Acak Lengkap. Variabel bebas yang diuji adalah konsentrasi EPS
yang ditambahkan pada produk ikan, yaitu :
K1 = 0,0%
K2 = 0,5 %
K3 = 1,0%
Variabel
tak bebas yang diuji adalah sifat fisik yaitu daya putus (keempukan), dan daya
ikat air dengan mengukur susut masak.
Disamping itu untuk melihat pembentukan struktur reaksi antara protein
dan EPS maka dibuat preparat histologi dengan pewarnaan Haematoxilin-Eosin dan
diamati perubahan strukturnya menggunakan mikroskop dengan pembesaran 400 kali.
Pengukuran susut masak
Susut masak daging adalah perbedaan
antara bobot daging sebelum dan sesudah dimasak yang dinyatakan dalam
persentase (%). Metode pemasakan dalam
air dilakukan dengan menggunakan metode Bouton et al. (1976) dalam
Soeparno (1994). Untuk perhitungan berat
yang hilang selama pemasakan (cooking lost) digunakan rumus sebagai
berikut :
% Susut Masak
= x 100%
Pengukuran
daya putus /keempukan (Creuzot dan Dumont 1983 dalam Abustam, 1993).
Keempukan kamaboko diukur dengan
menggunakan CD-Shear Force yang dinyatakan dalam kg/cm2. Sampel dipotong dengan luas penampang 1 cm2. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam lubang
CD-shear Force. Nilai skala CD-Shear
Force dimasukkan dalam rumus sebagai berikut :
A =
Keterangan: A =
Nilai daya putus (kg/cm2)
A’
= Tenaga yang digunakan (kg)
r =
Jari-jari pada lubang CD-Shear Force (0,635 cm)
p = 3,14
Analisa Data
Data
dianalisa dengan analisis ragam dan BNT dengan menggunakan program SPSS. Model analisis matematik yang digunakan
adalah :
Yij
= m
+bi
+ eij
Dimana :
Yij = Nilai
pengamatan pada satuan percobaan ke-j dari perlakuan ke-i (taraf ke i dari
faktor konsentrasi EPS)
m = Nilai tengah perlakuan
bi
= Pengaruh perlakuan ke-i dari (faktor konsentrasi EPS) terhadap susut masak
dan keempukan.
eij
= Pengaruh galat penelitian pada
pengamatan ke-j yang mendapatkan perlakuan ke-i
Mikrostruktur
dijelaskan secara deskriftif yang disertai dengan tampilan gambar-gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Susut masak
Gambar 1 menunjukkan persentase
susut masak dari kamaboko, yang semakin menurun dengan meningkatnya konsentrasi
EPS. Pada penambahan 1% EPS susut masak
mendekati nol dalam artian hanya sedikit sekali terjadi susut masak. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan
kemampuan dari matriks kamaboko dalam menahan air sehingga kehilangan air dari
matriks menjadi rendah. Pengaruh
pencampuran komponen saat pembuatan kamaboko menyebabkan terjadinya interaksi
yang saling menunjang dalam pembentukan matriks protein-polisakarida melalui
proses pemanasan pada suhu 80oC (Sobstad, 1988). EPS dapat berfungsi sebagai bahan pengental (viscosifying agents), bahan
penstabil (stabilizers), pengemulsi (emulsifiers), bahan
pembentuk gel (gelling agents) dan bahan pengikat air (water-binding
agents). EPS BAL telah
dipertimbangkan sebagai bahan pengikat (thickening agents) generasi baru pada
produk pangan, EPS mampu meningkatkan
sifat fisik dan rheologi produk dengan hanya menggunakan konsentrasi yang
sangat rendah (Yang, 1999).
Gambar 1. Daya putus (kg/cm2) dan susut
masak (%) kamaboko dengan penambahan EPS konsentrasi 0,0, 0.5 dan 1%. SmKAM = Susut Masak Kamaboko, DPKAM = Daya
Putus Kamaboko.
Analisis
ragam menunjukkan bahwa konsentrasi EPS berpengaruh nyata terhadap susut masak. Analisa BNT menunjukkan perbedaan yang nyata
dari masing-masing konsentrasi terhadap susut masak. Hal ini memberikan indikasi bahwa pengunaan
EPS dalam pembuatan kamaboko akan meningkatkan kualitas kamaboko dilihat dari
susut masak. Sifat fungsional daging
ikan seperti kemampuan membentuk emulsi dan kemampuan mengikat air secara
ektensif dikembangkan pada pembuatan
produk ikan seperti kamaboko dan jenis sosis ikan yang mulai popular di Jepang
dan Amerika Serikat (Bechtel,
1986). Kesuksesan dalam pembuatan
kamaboko sangat berhubungan dengan sifat miofibril ikan, khususnya daya ikat
air, dimana pada umumnya daging ikan memiliki kemampuan daya ikat air sangat
rendah, mudah kehilangan daya emulsi dan kemampuan membentuk gel.
Kamaboko
dari ikan teri tidak dipisahkan dari tulang sehingga diharapkan mengandung
cukup kalsium untuk komsumsi mulai anak-anak hingga orang tua. Kamaboko merupakan salah satu produk daging
ikan cincang yang perlu dipelajari untuk meningkatkan kualitasnya.
Di
Jepang, umumnya dibuat dari ikan-ikan kualitas yang tidak cukup baik untuk
dijual dalam keadaan segar, salah satunya adalah ikan teri. Produk ini berbasis surimi yaitu ikan yang
dihaluskan dan dicuci air untuk mengeluarkan bau ikan dan protein larut
air. Produk-produk lainnya yang berbasis
surimi semakin berkembang dari tahun ke tahun antara lain chikuwa (kamaboko
berbentuk silinder), satsumage (kamaboko berbentuk lembaran) atau sosis
kamaboko (Pigott dan Turker, 1990).
Daya Putus (Keempukan)
Daya
putus yang menunjukkan keempukan kamaboko dapat dilihat pada Gambar 1. Semakin tinggi konsentrasi EPS maka kamaboko
semakin kurang empuk. Dalam pengukuran
kualitas suatu produk, ukuran keempukan adalah bersifat relatif. Produk yang terlalu lembek kadang tidak
begitu disukai konsumen, tetapi produk yang lebih kompak lebih disukai. Hal ini
memberikan indikasi bahwa EPS dapat meningkatkan kekompakan atau kekenyalan
produk kamaboko.
Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi EPS berpengaruh nyata terhadap
daya putus kamaboko, dan uji BNT
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara masing-masing
konsentrasi EPS. Penambahan EPS konsentrasi
0,5% telah meningkatkan nilai daya putus yang menggambarkan peningkatan
kekenyalan dari produk ikan. Hasil
tersebut memberikan indikasi kemungkinan terjadinya interaksi antara miofibril
ikan-polisakarida maizena dan EPS yang menyebabkan terjadinya peningkatan
struktur matriks kamaboko.
Mikrostruktur
Gambar 3 menunjukkan mikrostruktur kamaboko yang
memberikan illustrasi bahwa penambahan EPS menyebabkan peningkatan tekstur
dengan terbentuknya struktur yang lebih kompak.
Mikrostruktur ini memperjelas hasil yang diperoleh dari pengukuran daya
putus dan susut masak. Daging halus yang
baik adalah jika lubang-lubang yang terbentuk mempunyai diameter kurang dari 5
– 10 mm, dan pada pasta yang dihomogenkan sebaiknya lubang-lubang kurang dari 1
mm. Untuk meningkatkan tekstrur maka
dapat digunakan bahan pengikat seperti tepung pati, albumin, gula, atau protein
tanaman (Pigott dan Tucker, 1990).
Penambahan bahan-bahan ini selain dapat meningkatkan sifat-sifat daya
ikat air, juga dapat meningkatkan cita rasa.
|
|
|
|
|
|
Gambar
2. Mikrostruktur kamaboko dengan
penambahan EPS (pembesaran 400x)
Amano
(1992) menyatakan bahwa untuk membuat struktur jenis sosis atau kamaboko
menjadi elastis dan kompak maka dapat ditambahkan bahan yang dapat membuat
rantai molekul myosin menjadi panjang
sehingga dapat menahan air. Jika tekstur
tidak kompak dan terlalu lembek maka eksudat air dari produk selama penyimpanan
akan membentuk lekukan-lekukan air kecil yang cocok untuk pertumbuhan
bakteri. Kamaboko yang berkualitas baik
akan membentuk jaringan myosin yang kompak.
Ada tiga teori
pembentukan ikatan dalam matriks gel pada produk pangan. Yang pertama adalah struktur terorganisasi
dalam situasi seimbang yaitu energi potensial dalam sistim adalah minimum. Pada sistim hidrokoloid dengan molekul
padatan yang tinggi, maka kekuatan tolakan elektrostatik diantara molekul yang
berdekatan dapat diminimalisasi jika molekul mempunyai konfigurasi
tertentu. Yang kedua adalah pembentukan
ikatan kovalen yaitu kation divalensi secara efektif membentuk jembatan antara dua kelompok anion
yang berdekatan. Yang ketiga adalah
pembentukan ikatan hydrogen yaitu ion hydrogen bebas dalam air mengikat kelompok
molekul yang mempunyai rantai terbuka misalnya kelompok karboksil pada molekul
yang berdekatan (Printice, 1990).
Pembentukan struktur kamaboko dengan penambahan EPS kelihatannya berada
pada teori yang ketiga. Hal ini disebabkan karena pada umumnya
polisakarida mampu mengikat sejumlah besar air (Aberle et al,
2001).
KESIMPULAN
Eksopolisakarida L. bulgaricus dapat
meningkatkan kualitas kamaboko yang ditandai dengan peningkatan kualitas
fisiknya yaitu peningkatan daya ikat air dan tekstur. Penambahan EPS menyebabkan terjadinya
peningkatan jaring-jaring matriks kamaboko yang lebih kompak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih atas dukungan dana
dari DIKTI melalui Proyek Hibah Bersaing.
Terima kasih kami sampaikan pula kepada
Budi dan Sapariyadi atas bantuannya di laboratorium, dan kepada Bapak
Prof. Herry Sonjaya atas bantuannya membaca manuscript ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, E.D., J.C. Forrest, D.E. Gerrard, E.W. Mills, H.B. Hedrick,
M.D. Judge, R.A. Merkel. 2001. Principles of Meat Science. Fourth Edition. Kendall/ Hunt Publishing Company. Iowa.
Abustam, E. 1993. Peranan Maturasi (Aging) terhadap Mutu Daging
Sapi Bali yang Dipelihara Intensif dan dengan Penggemukan. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Amano, K. 1992. Fish Sausage Processing. In Seafood Science
and Technology. Fishing News Books. Cambridge.
Bechtel, P.J. 1986. Muscle as Food. Academic Press, Inc. New
York.
Broadbent, J.R., D.J. McMahon, D.L. Welker, C.J. Oberg, and S.
Monineau. 2003. Biochemistry, genetics, and applications of
exopolysaccharide production in Streptococcus thermophilus: a review. J. Dairy Science 86: 407 – 423. Http://jds.fass.org/cgi/content/full/82/2/407. Diakses 9 Oktober 2004.
Harada, T., Y. Kanzawa, K. Kanenaga, A. Koreeda, and A. Harada. 1991.
Electron microscopic studies on the ultrastructure of curdlan and other
polysaccharides in gels used in foods.
Food Structure 10: 1-18.
Malaka, R. 1997. Effects of Curdlan, a Bacteria Polysaccharide
on the Physical Properties and Microstructure of Acid Milk Curd by Lactic Acid
Fermentation. Master thesis. Faculty of Agriculture, Miyazaki
University. Japan.
Nakao, Y., A. Konno, T. Taguchi, T. Tawada, H. Kasai, J. Toda, and M.
Terasaki. 1991. Curdlan: Properties and application to
foods. J. of Food Science 56 (3): 771 –
776.
Pigott, G.M. and B.W. Tucker.
1990. Seafood: Effects of Technology on Nutrition. Marcell Dekker, Inc. New
York.
Printice, J.H. 1990. Measurements in the Rheology of
Foodstuffs. Elsevier Applied Science
Publishers. London.
Sobstad, G.E. 1988. Thermal Processing, Evaporation and Drying of
Fish-Meat Product. In Physical,
Chemical and Biological Changes by Thermal Processing. Applied Science Publishers Limited. London.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan kedua. Gadjah
Mada University
Press. Yokyakarta.
Diterbitkan di Jurnal terakreditasi Torani 2006