ETIKA TERHADAP HEWAN
QURBAN
RATMAWATI MALAKA
Anggota Komite
Etik Penelitian Kesehatan Universitas Hasanuddin
Idul
Qurban tinggal seminggu lagi kita jelang, tahun ini menurut kelender Masehi
Idul Qurban jatuh pada tanggal 15 Oktober.
Setiap umat Muslim di seluruh dunia yang berkemampuan tentu punya
keinginan untuk melakukan Qurban sebagai wujud merelakan hewan ternak
pilihannya diniatkan untuk dipotong sebagaimana yang terjadi saat kehidupan
zaman Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as untuk tanda patuh dan ikhlas terhadap
perintah Allah SWT. Pada saat Qurban,
maka kita berhadapan dengan mahluk Allah SWT yang berupa ternak, yang memang
diperuntukkan Allah SWT kepada manusia sebagai hewan yang produksinya untuk
kebutuhan konsumsi manusia.
Pernahkah
kita mencoba memikirkan, untuk apa hewan diciptakan oleh Allah SWT. Begitu beragam mahluk ini di alam. Sampai kita manusia tidak bisa menyebutkan
betapa keberadaan mahluk ini punya arti yang luar biasa dalam kehidupan
manusia. Kita harus akui bahwa hewanlah
yang lebih dulu diciptakan Allah SWT dibanding manusia. Hal ini karena Allah SWT telah mempersiapkan
seluruh perangkat kebutuhan manusia sebelum manusia itu diciptakan.
Manusia
pasti akan merasa tidak lengkap kehidupannya bila disekitarnya tak ada mahluk
yang bernama hewan. Kita tidak pernah
bayangkan, betapa sepinya hidup kita kalau tak ada bunyi kokok ayam di pagi
hari, kicauan burung di sore hari.
Ketika kita berkunjung ke taman bunga, maka kupu-kupu aneka warna
beterbangan mengitari bunga harum semerbak.
Ada begitu banyak lebah di atas pohon yang mencoba bersarang sambil
menghasilkan madu. Hewan diciptakan
Allah SWT sebagai pelengkap kehidupan manusia, demi kepentingan manusia sebagai
mahluk termulia khalifah di muka bumi.
Keberadaan
hewan di alam mempunyai 3 fungsi utama:
1. Sebagai hewan ternak, yaitu apabila hewan
telah didomestikasi dan dapat dibudidayakan untuk diambil hasil dari
pemeliharaan tersebut. Misalnya untuk
memperoleh daging, susu atau telur.
Misalnya untuk jenis sapi pedaging atau juga disebut sapi potong maka
tujuan pemeliharaannya utamanya untuk diambil dagingnya. Sapi perah dipelihara khususnya untuk
mendapatkan susunya. Sementara untuk
jenis unggas, tujuannya ada yang untuk mendapatkan dagingnya dan yang lainnya
untuk mendapatkan telurnya.
2. Sebagai
hewan kesayangan, yaitu apabila tujuan hewan tersebut dipelihara adalah untuk
mendapatkan kebahagiaan lain karena menjadi teman, menikmati keindahan
tubuhnya, menikmati suaranya, menikmati kecerdasannya untuk hal-hal tertentu
dan sebagainya. Biasanya hewan
kesayangan tidak bisa dinilai dengan materi oleh pemiliknya. Contoh dari hewan kesayangan biasanya adalah
kucing, anjing, burung piaraan, dan jenis hewan lainnya.
3. Sebagai
hewan liar, yaitu hewan-hewan yang dikategorikan hewan yang masih bebas di
alam, hewan ini lebih berfungsi sebagai penyeimbang alam demi kelestarian
ekosistem.
4. Sebagai
penyedia Jasa, meski hal ini sudah jarang dilakukan tetapi tetap perlu
diperhitungkan misalnya masih ada yang sampai saat ini menggunakan hewan
sebagai alat pengangkut barang, demikian juga sebagai hewan tunggangan, atau
penarik pedati.
Kepentingan
yang paling utama dari hewan adalah sebagai penyedia pangan asal hewan sebagai
sumber protein untuk kehidupan yang lebih sehat. Kita ingin mendapatkan pangan dari hewan
tersebut berdasar asas manfaat. Artinya
hewan sebagai sumber daging, susu atau telur yang kita inginkan adalah
kandungan gizi didalamnya, biasa disebut produk pangan yang ASUH (Aman, Sehat,
Utuh dan Halal). Aman dalam artian tidak
berbahaya terhadap kesehatan, Sehat artinya mempunyai kandungan gizi yang
menyehatkan, Utuh artinya tidak mengandung bahan-bahan tambahan yang berbahaya,
dan Halal artinya dapat dimakan oleh seluruh umat manusia termasuk dari golongan
muslim.
Mengenai penciptaan hewan dan
kegunaan atau tujuan Allah menciptakan makhluk ini ada dalam Al-Quran. Hal ini perlu kita sadari sepenuhnya akan
makna dari penciptaan hewan atau ternak di muka bumi, yang jelas dan pasti demi
kepentingan manusia dan keseimbangan alam.
“ Tuhan kami yang memberikan segalanya kepada
mahluk ciptaanNya, dan memberinya petunjuk (QS Thaha:50).
“ Makanlah dan gembalakanlah
binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal (QS Thaha: 54).
“ Dan tiada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah member rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
mahfuzh) (QS Huud: 6).
“ Dan dia telah menciptakan binatang ternak
untuk kamu, padanya ada bulu yang menghangatkan dan berbagai manfaat dan
sebagiannya kamu makan (QS An-Nahl : 5).
Takkala hewan piaraan kita
berlakukan seenaknya, misalnya dihajar sampai kesakitan, atau saat kita jadikan
dia hewan kurban, atau kita piara hewan tersebut tapi kemudian mati karena
kelalaian kita, karena kemungkinan hewan kita kurung tetapi tidak diberi makan
atau minum, atau mungkin kita kurung dengan ruangan yang tidak memungkinkan hewan
tersebut bergerak dan kemudian hewan tersiksa dan mati. Maka apakah pernah kita memikirkan apa yang
harus kita pertanggungjawabkan di akhirat ?
Apakah pernah kita membayangkan ketika kita menuju Padang Masyar, dan
kita diadili di hadapan Allah SWT, tiba-tiba hewan protes saat kita telah
diputuskan oleh pengadilan akhirat untuk memasuki surga. Tiba-tiba hewan muncul di hadapan Allah dan
melakukan protes seperti ini :
“ Ya
Allah penguasa pengadilan akhirat, aku telah dianiaya oleh manusia penguasa ini,
dia dengan tidak berperasaan membunuhku, sedang aku tak melakukan dosa apapun
padanya, jangan loloskan dulu dia ke dalam surgamu, dia perlu
mempertanggungjawabkan atas dosa apa sehingga aku dibunuh “.
Saat itu kemungkinan kita tak bisa
membantah, karena seluruh anggota tubuh kita akan menjadi saksi atas seluruh
perbuatan yang kita lakukan.
(DIMUAT DI HARIAN FAJAR, OPINI, HALAMAN 6, SENIN 14 OKTOBER 2013)