Effect of Markisa juice (Passiflora edulis sims) level on the Gelation process of the Milk.
( Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Markisa (Passiflora edulis sims) Terhadap Pembentukan Gelatinasi Susu)
Ichwan SINGI and RATMAWATI MALAKA
ABSTRAK
Suatu tantangan baru bagi perusahaan susu di Indonesia untuk menciptakan produk minuman dengan penambahan sari buah untuk menambah cita rasa sekaligus untuk menarik minat konsumen dengan sasaran utama peningkatan gizi masyarakat. Sari buah markisa (Passiflora edulis sims) yang merupakan salah satu komoditi khas Sulawesi Selatan memiliki sifat keasaman yang tinggi dan merupakan sifat yang khas dari sari buah markisa sehingga menjadi sesuatu yang penting diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pengolahan dan formulasi produk-produk minuman yang berkualitas tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi sari buah markisa terhadap pembentukan gelatinasi susu. Pembuatan susu markisa dibuat dari susu full Cream sebanyak 160 gr ditambahkan dengan aquades sebanyak 1440 ml dan gula sebanyak 50 gr sebagai pemanis. Proses pencampuran sari buah markisa masing-masing sebanyak 0 %, 5% dan 10 % kedalam wadah yang berisi 100 ml susu dan dipanaskan pada suhu 72 oC selama 15 detik. pH susu cenderung menurun sampai penambahan 10 % diikuti dengan peningkatan viskositas dan kadar asam dalam susu markisa (%) dan dari hasil uji organoleptik memperlihatkan bahwa penambahan sari buah markisa pada konsentrasi 5 % adalah yang terbaik karena secara nyata dapat dilihat pembentukan gelatinasi yang sempurna dan lebih disukai oleh konsumen.
Kata Kunci : Konsentrasi, Sari Buah Markisa, Gelatinasi Susu)
Effect of Markisa juice (Passiflora edulis sims) level on the Gelation process of the Milk.
Ichwan SINGI and RATMAWATI MALAKA
ABSTRACT
The aim of the research were determine the effect of the concentration of Markisa Juice on the gelation process of milk.
The research was conducted on November to December 2005 at the Biotechnology Laboratory of the Research Centre, Nutrition and Feedstuff Laboratory, and Food Chemical Laboratory of Politeknik of Makassar.
The research were arranged on the Randomized Completely Design with three treatment and five replication, and organoleptic properties were analyzed by descriptive. Parameter estimated were pH, acid percentage, and viscosity of Milk.
The result of the research showed that higher level concentration of Markisa decrease significantly of milk pH and increase the percentage of acid concentration as well as it influence on the milk viscosity. Organoleptic test showed that 5% level of markisa juice were most favourable on the colour, taste, and flavour properties of Milk.
Key word : Konsentration, Markisa juice, Gelatination
PENDAHULUAN
Penggunaan susu di Indonesia umumnya sebagai minuman penyegar yang langsung digunakan oleh konsumen. Akhir-akhir ini menjadi suatu tantangan bagi perusahaan-perusahaan susu untuk menciptakan suatu produk olahan minuman dengan penambahan sari buah sebagai bahan penambah cita rasa. Di samping itu sari buah dapat menambah daya tarik konsumen sehingga sasaran utama pembuatan produk susu adalah peningkatan gizi masyarakat.
Sari buah Markisa (Passiflora edulis sims) yang merupakan salah satu komoditi khas Sulawesi Selatan digunakan sebagai bahan campuran dalam produk olahan susu, memiliki sifat keasaman yang tinggi dan merupakan sifat yang khas. Sari buah penting diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pengolahan dan formulasi produk-produk minuman, baik sebagai penambah cita rasa maupun sebagai minuman alami. Produk ini diharapkan mampu menjadi minuman yang mempunyai daya saing unggulan dipasaran dengan kandungan gizi yang cukup tinggi yang berasal dari susu sapi.
Kendala lain yang menyebabkan produk minuman ini belum merambah ke masyarakat adalah belum adanya informasi mengenai metode pembuatan yang baku dari produk minuman susu markisa, bagaimana konsentrasi penambahan sari buah markisa dalam kaitannya terhadap proses gelatinasi susu belum diteliti. Oleh sebab itu perlu penelitian mengenai pengaruh konsentrasi sari buah markisa terhadap pembentukan gelatinasi susu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi sari buah markisa terhadap pembentukan gelatinasi susu. Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat terutama kepada produsen pengolahan susu mengenai pengaruh konsentrasi sari buah markisa terhadap pembentukan gelatinasi susu.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan November sampai Desember, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Pusat Kegiatan Penelitian (PKP), Laboratorium Kimia Pangan (Politeknik Makassar), Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas ukur, pH meter, viskometer, timbangan. Bahan yang digunakan adalah susu full cream, susu sapi murni, sari buah markisa, gula pasir, aquades, NaOH, Fenoftalin, dan Alkohol.
Rangcangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan dan lima kali ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah konsentrasi penambahan sari buah markisa dengan pengukuran pH, kadar asam dan viskositas. Terlebih dahulu komposisi sari buah markisa yang matang di analisa proksimat.
Tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Proses Pencampuran
Untuk mengetahui penambahan konsentrasi yang tepat Sari Buah Markisa terhadap susu full cream adalah melihat proses gelatinasi yang terjadi pada produk minuman dengan produk akhir susu markisa. Perlakuan yang digunakan yaitu dengan menggunakan konsentrasi 0 %, 5 %, dan 10 % yang dicampurkan ke dalam masing-masing wadah yang berisi 100 ml susu full cream. Sampel yang digunakan yaitu 5 sampel untuk masing-masing perlakuan dan selanjutnya dilakukan pasteurisasi pada susu 72 oC selama 15 detik. Tahap selanjutnya dilakukan pengukuran pH, viskositas, penentuan Kadar asam dan uji organoleptik.
b. Parameter yang diamati
1. Uji Organoleptik
Uji Organoleptik dilakukan secara deskriptif dengan memakai panelis (mahasiswa/i) sebanyak 10 orang yang mengamati keadaan fisik dari perubahan-perubahan yang terjadi setiap perlakuan seperti warna, bau dan rasa dari susu markisa tersebut (suka/tidak suka).
2. Pengukuran pH
Pengukuran pH dari setiap sampel susu dilakukan dengan menggunakan pH meter. Nilai pH diukur setelah proses pemanasan/pasteurisasi, dan setelah susu diberi penambahan sari buah markisa.
3. Viskositas
Pengukuran viskositas dari setiap sampel susu dilakukan dengan menggunakan viscometer.
4. Penentuan Kadar Asam (%)
Penentuan Kadar asam susu dilakukan dengan cara titrasi NaOH 0,1 N dengan phenoftalin sebagai indikator. Perhitungan kadar asam menggunakan rumus berdasarkan Hadiwiyoto (1994) yaitu :
ml NaOH x 0,009 x 100%
Kadar Asam =
Berat susu (gram)
Analisis Data
Data yang diperoleh pada pengukuran pH, viskositas, dan Kadar asam serta penerapan proses pasteurisasi terhadap parameter yang diamati, diolah dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan Gaspersz (1994), sedangkan hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Susu Full Cream ( Susu Penuh )
Pada penelitian yang dilakukan susu yang digunakan adalah susu full cream (susu penuh), yang merupakan susu yang dikeringkan tanpa ada bagian yang dikeluarkan atau dipisahkan kecuali kadar airnya. Komposisi atau kandungan nilai gizi pada susu full cream (susu penuh) yang digunakan terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nilai Gizi Susu Full Cream (susu penuh) per 100 gram yang digunakan pada Penelitian
No. Unsur Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. Protein
Lemak
Laktosa
Mineral
Air
Energi
Kalsium
Fosfor 25 gr
29 gr
37 gr
6 gr
3 gr
509 kkl
850 mg
700 mg
Sumber : PT Sari Husada Yogyakarta. Indonesia
pH Susu Markisa
Rata-rata nilai pH dalam konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik Pengaruh Penambahan Sari Buah Markisa Terhadap Nilai pH.
Dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pada penambahan sari markisa dengan pH 4,45 pada susu menyebabkan nilai pH susu markisa cenderung menurun sampai penambahan 10 %, gambar 3 memperlihatkan bahwa pada konsentrasi 5 % penurunan nilai pH dari 6,7020 dalam keadaan normal menjadi 6,3436 dan pada konsentrasi 10 % nilai pH akan semakin menurun menjadi 5,9980. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buckle et al., ( 1987) bahwa pH susu berada diantara 6,6 – 6,7 dan bila terjadi cukup banyak pengasaman angka-angka ini akan menurun secara nyata. Hal ini disebabkan karena aktivitas bufer fosfat sitrat dan protein yang biasanya ada didalam susu serta adanya penambahan asam dari luar.
Pada pH normal susu, kebanyakan protein bermuatan negatif yang akan menyebabkan terjadinya daya tolak-menolak elektrostatik dalam jarak yang panjang, dan jarak yang pendek dari daya tolak-menolak hidrasi diantara molekul protein, sehingga menyebabkan kestabilan kasein misel. Hal ini sesuai dengan pendapat Phadungath (2005) yang mengklasifikasikan nilai pH dari 6,7 – 4,6 untuk reaksi protein terhadap perubahan pH sebagai berikut :
a. pH 6,7 – 6,0
Pada kisaran nilai pH antara 6,7 – 6,0 akan menyebabkan muatan negatif lebih rendah oleh karena pH yang menyebabkan penurunan daya tolak-menolak elektrostatik. Ukuran dari struktur kasein misel pada umumnya sama, karena hanya sebagian kecil dari jumlah koloid kalsium-fosfat (CCP) yang terlepas pada pH diatas 6,0.
b. pH 6,0 – 5,0
Kisaran nilai pH antara 6,0 – 5,0 menyebabkan muatan к-kasein pada permukaan misel cukup stabil baik secara sterik maupun elektrostatik. Selama asidifikasi terjadi muatan negatif terus mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan baik pada daya tolak-menolak elektrostatik maupun stabilisasi sterik, yang memegang peranan cukup besar dalam mempertahankan kestabilan misel. Selanjutnya, muatan positif mulai menghilang dan misel mulai sensitif untuk membentuk agregat. Penurunan pH juga akan menurunkan fungsi ionisasi dari kasein (residu aspartat, glutamat, dan fosfoserin) yang mengakibatkan potensial permukaan menurun. Ketersediaan α dan β yang secara simultan hilang menyebabkan peningkatan kelarutan fosfo-kalsik garam di dalam air. Hal ini menyebabkan timbulnya transfer secara progresif kalsium dan fosfat inorganik dari misel ke dalam larutan, dimana CCP akan larut pada pH 5,0.
c. pH < 5,0
Asidifikasi dari pH 5,0 – 4,6 menginduksi terjadinya kalsium kompleks oleh fosfoserin sedangkan pada pH 6,6 – 5,0 hanya menginduksi solubilitas kalsium-fosfat. Asosiasi ini terjadi untuk menginduksi terpisahnya misel-misel dan penggabungan kembali sub unit misel. Sementara pH mengalami penurunan dasar mencapai titik isoelektrik, muatan negatif dinetralisir yang selanjutnya akan menyebabkan reduksi sifat dari α dan β kasein. Adanya kalsium fosfat yang terlarut, interaksi elektrostatik menjadi semakin kuat sedangkan daya tolak menolak elektrostatik menjadi semakin lemah disebabkan oleh depolimerisasi dari α- kasein. Selanjutnya interaksi hidro-fobik menjadi meningkat, akibatnya terjadilah agregat dan pembentukan untaian dan klaster yang saling terikat satu sama lain sebagai jaringan tiga dimensi.
Penambahan asam dengan konsentrasi yang berbeda pada susu akan menyebabkan pengendapan casein dan melarutkan garam-garam kalsium dan fosfor. Hal ini didukung oleh pendapat Buckle et al., (1987) bahwa pengendapan casein terjadi akibat adanya penambahan asam dan menyebabkan garam-garam kalsium dan fosfor larut yang semula terikat pada protein secara berangsur-angsur. Adanya penurunan yang nyata dari nilai pH setelah penambahan asam biasanya disebabkan aktivitas bufer fosfat, sitrat dan protein yang terdapat pada susu.
Kadar Asam Dalam Susu Markisa (%)
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa Kadar asam (%) akan meningkat pada konsentrasi 5 % dan 10 %. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Pengaruh Penambahan Sari Buah Markisa Terhadap Kadar Asam (%).
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi penambahan konsentrasi sari markisa akan semakin nyata (P< 0,05) pengaruhnya terhadap Kadar asam susu markisa hal ini dapat dilihat pada konsentrasi 5 % bahwa nilai keasaman akan meningkat sebanyak 1,296 dan akan meningkat lagi nilai keasamannya pada konsentrasi 10 % penambahan sari markisa sebanyak 1,413. Pembentukan gelatinasi sangat dipengaruhi oleh penambahan asam di dalam susu. Penambahan asam di dalam susu juga akan menyebabkan terbentuknya koagulasi susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1998) bahwa asidifikasi atau penambahan asam akan menyebabkan koagulasi susu. Perkembangan asam yang terjadi secara normal dalam susu juga menyebabkan koagulasi protein susu terutama kasein dan sedikit albumin.
Pemberian asam dalam konsentrasi yang tepat akan mencegah terjadinya koagulasi susu disamping pasteurisasi yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1998) bahwa pada reaksi yang ekstrim, reaksi asam akan menggenerasikan panas yang cukup untuk menghasilkan gelatinasi sejumlah gula susu. Asiditas normal susu sering direduksi dengan alkali dan pada kondisi ini kasein yang mengalami koagulasi kembali ke keadaan seperti yang terdapat dalam susu normal.
Penambahan konsentrasi sari markisa terhadap susu menyebabkan perubahan fisiokimia, Malaka (1997) menyebutkan bahwa proses pengasaman pada susu yang lambat dipengaruhi oleh konversi insitu dari laktosa menjadi asam laktat melalui penambahan asam atau acidogens yang merupakan bahan dasar dalam industri susu asam segar. Proses pengasaman dapat diketahui dengan adanya perubahan fisiokimia. Sebagai contoh proses pelarutan campuran kalsium fosfat dan pengurangan energi negatif pada larutan kasein. Perubahan-perubahan ini menyebabkan stabilitas kasein, pada penyusunan struktur gel mencapai keadaan seimbang yang membentuk sebuah jaringan kerja gel pada susu markisa.
Viskositas Susu Markisa
Kadar viskositas mengalami peningkatan secara berturut-turut yaitu pada konsentrasi 5 % dan 10 % dan terjadi perbedaan yang cukup nyata pada perlakuan ini ( P > 0,05 ). Hal ini disebabkan karena pemberian konsentrasi sari markisa yang berbeda. Hal lain yang menyebabkan nilai viskositas tinggi pada konsentrasi 5 % dan 10 % yaitu merupakan bukti adanya proses gelatinasi yang menyebabkan terjadinya pembengkakan pada kasein misel.
Gambar 5. Grafik Pengaruh Penambahan Sari Buah Markisa Terhadap Kadar Viskositas (cps).
Gambar diatas memperlihatkan bahwa pada penambahan sari markisa 5 %, pH menurun menjadi 6,3436 dan terjadi peningkatan viskositas dari 4,480 cps menjadi 10,020 cps pada konsentrasi 5 % dan meningkat lagi sebanyak 32,940 pada konsentrasi 10 %. Perubahan ini akibat adanya penambahan sari markisa yang mempunyai pH 4,45 sehingga pH susu menurun. Penurunan pH susu menyebabkan penurunan daya tolak menolak dari muatan kasein yang umumnya berupa kekuatan elektrostatik, akibatnya susu akan menjadi lebih kontrol karena dekatnya molekul-molekul kasein satu sama lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Padungath (2005) yang menyatakan bahwa pengasaman sangat memberikan pengaruh terhadap pembentukan gelatinasi, hal ini disebabkan kasein sebagai senyawa kompleks kalsium phosfat dapat terdispersi dengan stabil dan didalam air susu akan mengadakan gerakan brown yang merupakan gerak tidak beraturan dari partikel-partikel kasein. Partikel-partikel kasein pada pembentukan gelatinasi akan terjadi interaksi tarik menarik antara kasein misel sementara pH akan semakin menurun dan nilai viskositas meningkat. Penambahan asam > 5 % akan menyebabkan partikel-partikel kasein akan saling bertubrukan satu sama lain yang akan mengakibatkan terjadinya gumpalan yang lebih besar dan hal ini sangat tidak diinginkan dalam produk minuman ini.
Pembentukan gelatinasi oleh penambahan asam sangat dikendalikan oleh pH, pada gambar 5 dapat dilihat semakin tinggi konsentrasi penambahan asam, nilai pH akan menurun diikuti dengan peningkatan nilai viskositas. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckle et al., (1987) bahwa gelatinasi terbentuk akibat penambahan asam dan dikendalikan oleh pH, titik isoelektrik partikel kasein pada pH 4,6 mengakibatkan afinitas partikel terhadap air menurun dan oleh sebab itu terbentuk gelatinasi.
Penurunan pH
↓
Akibat Pengasaman → Presipikasi Kasein
↓
Perubahan Kimia (Drastis)
(+)
→ →
(-)
pH Isoelektrik Lebih Kuat
↓
pH rendah (susu ) → Aktivitas ion Ca meningkat → Mengurangi ikatan (Elektrostatik) negatif (-) → Larutan Kasein
↓
Partikel Kasein Agregasi pada pH 4,6 → Dorongan elektrostatik → Pada larutan kasein → Perubahan (Fisiokimia)
↓
Contoh : Proses pelarutan campuran Ca fosfat dan pengurangan energi negatif pada larutan kasein
↓
Stabilitas kasein dalam susu (kasein Kompleks)
↓
Memberi warna putih susu pada suspensi koloid
↓
Struktur dan konsistensi gel seimbang dan tekstur protein merata
↓
Gelatinasi
Gambar 1. Mekanisme Gelatinasi Susu
Hasil Uji Organoleptik
Dari hasil penelitian warna, bau dan rasa merupakan kriteria mutu yang akan menentukan diterima atau tidaknya suatu produk olahan minuman oleh konsumen. Pengujian warna, bau dan rasa secara organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk minuman susu markisa. Hasil uji organoleptik yang dilakukan terhadap 10 orang panelis dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 6a. Hasil uji organoleptik terhadap warna dari produk susu markisa
Gambar 6b. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Bau Dari Produk Susu Markisa
Gambar 6c. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa Dari Produk Susu Markisa
KESIMPULAN
Penambahan konsentrasi sari markisa memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembentukan gelatinasi. Penambahan sari markisa terbaik pada konsentrasi 5 %, hal ini disebabkan pada konsentrasi ini secara nyata memperlihatkan pembentukan gelatinasi yang terbaik. Pada penambahan sari markisa pada konsentrasi > 5 % mengakibatkan pembentukan koagulasi dan memberikan pengaruh terhadap kualitas susu markisa dan tingkat kesukaan dari konsumen. Penambahan sari markisa pada konsentrasi yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata ( P < 0,05 ) terhadap pH, Kadar asam (%) dan viskositas susu markisa.
SARAN
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan dari susu markisa baik pada suhu kamar maupun suhu refrigerator dan pengamatan secara mikroskopis tentang struktur gelatinasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Buckle, K.A., R. A. Edwards, G.N. Fleet and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Purnomo, H., dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Casimir, D.J., J.F. Kefford and F.B. Whitfield. 1981. Technology and flavour chemistry of passion fruit juices and concentrates. Adv. Food Res.27: 234-290.
Cruess, W.V. 1985. Commercial Fruit and Vegetable Product. Mc. Graw Hill Book Company, Inc. New York.
Galesloot, TH. E. 1958. The formation and structure of milk protein gels. Milk Dairy J. 130-165.
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.
Harris, R. S. and E. Karmas. 1975. Nutritione Evaluation Of Food Processing Avi Publishing Co, Inc., Westport Connecticut. P:112-130.
Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty, Yogyakarta.
Horne, D.S. and Davidson, C. 1992. In Proc.International Dairy Federation Seminar (Munich). 267-276.
Horne, D.S. 1994. In Food Macromolecules and Coloids. Royal Soc. Chem.,
Cambridge. 456-461.
Ishak, E., HK. Pakasi., S.Berhimpon.,CH Nanere L dan Soenaryanto. 1985. Pengolahan Hasil Pertanian. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Panjang.
Ishak, E. dan S. Amrullah. 1985. Ilmu Teknologi Pangan. Badan Kerja Sama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang.
Malaka, R. 2002. Teknik Pengolahan Susu. Kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dengan Proyek Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Ditjen Bina pengolahan dan Pemasaran Hasil pertanian, Departemen Pertanian RI, Makassar.
Malaka, R. 1997. Effect of Curdlan, a Bacteria Polysaccharide on The Phisical
Properties and Microstructure Of Acid Milk Curd By Lactic Acid Fermentation. Thesis, Faculty, of Agriculture Miyazaki University, Japan.
Murray, K.E. 1972. Volatile constituents of passion fruits passiflora edulis. Australian Journal Of Chemistry.25 : 9.
Muchtadi, Dedy, Tien Muchtadi dan Endang Gumbira. 1979 Pengolahan Hasil
Pertanian II. Nabati. Departemen Teknologi Hasil pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. P:1-10.
Muir, D.D. and Hunter,E.A. 1992. Dairy Technology. 73-88.
Padungath, C. 2005. The Mechanism and properties of acid-coagulated milk gels. Songklanakarin J.Sci. Technol., 27(2) : 433-448.
Pruthi. 1963. Passion Fruits, Tropical and subtropical Fruits. The Avi Publishing
Company, Inc. New York.
Rahman, A, S. Fardiaz, W. Rahaju, Suliantari dan C.C. Nurwitri. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Depdikbud Dirjen Dikti Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ressang, A. A. dan A.M. Nasution. 1989. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan
Susu (Milk Hygiene). IPB, Bogor.
Rismunandar. 1986. Pengolahan Pangan. Gramedia, Jakarta.
Salunkhe, D.K., BB. Desai. 1984. Post Harvest Biotecnology of Fruits Volume II. CRC Press. Inc., Florida. P: 53-57.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Susu. Ilmu Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sudrajat, S. 1996. Kumpulan Makalah Kursus Singkat Jaminan Mutu Dalam Industri
Susu. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutherland, J.P., A.H. Varnam and M.G. Evans. 1986. A Colour Atles of Food
Quality Control. Roval Smeet Offset b.v. Weeut. The Netherlands.
Winarno, F.G. dan S. Fardiaz. 1986. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia, Jakarta.
Winarno, F.G. dan Sri Laksmi. 1973. Pigment Dalam Pengolahan Pangan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, FATEMETA, IPB, Bogor.
Jurnal Ilmu Peternakan
Effect of Markisa juice (Passiflora edulis sims) level on the Gelation process of the Milk.
( Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Markisa (Passiflora edulis sims) Terhadap Pembentukan Gelatinasi Susu)
(Bulletin Ilmu Peternakan dan Perikanan X (1): 35 - 40. (2007)