Kumpulan Puisi

Gerbang Kandang Ratmawati Malaka Ketika kamu melangkah di gerbang senja Tiupan angin debu berderai dari atap kandang tua Bau laboratorium membawa harapan masa silam Saat kuingat desau cita tak ingin cinta tak terbalas Kamu melangkah meniti tangga tak bertepi Ingin meraih masa depan indah kemilau Bertatahkan permadani istana surga harapan Kuingin kamu berguna penentu gizi masa depan Tamalanrea, Agustus 2007 Buat Kawanku Ratmawati malaka Kawanku ………… Senja semakin dekat Mentari kian tenggelam Aku harus meninggalkanmu Meskipun aku adalah harapan Kawanku ………… Kini kau hanya segelintir makna Kutinggalkan kau demi masa depan Dia memberi janji padaku, cerah, berbunga, mempesona Dan idealismeku kubuang Kuinjak dalam-dalam Kututupi Lumpur, agar baunya hilang Kawanku ………. Kini kau kutinggalkan Karena Kau tak memberiku harapan Tamalanrea, akhir Juni 2006 Ketika Cinta tak Berlabuh Ratmawati Malaka Pada jalan setapak di atas bukit Kakiku gemetar Menghitung butir cinta berserakan Yang hilang ditengah waktu Dimanakah kamu ? Aku lelah, berdiri ditengah padang tak bertepi Untuk menyimak segala kemungkinan Yang mungkin terlahir darimu Dari kesucian hatimu sekarang Pada hari terakhir, ketika aku harus melangkah Hatiku berderai ditiup angin senja Kita tak jua bersua Cita dan cinta hanya sepotong angan Pada detik terakhir, ketika aku harus pergi Tak ada untaian air mata, genggaman lepas hilang tak berbekas Tak ada lagi gelak canda Untuk melepas kepergianku dengan langkahku yang masih panjang Tersenyumlah ….. masaku yang hilang Biarlah indah semua hari sekitar kita Aku masih tegak seperti dulu Masih kokoh kakiku berdiri Dengan cinta yang tak pernah beku Meski ombak menggeleger, meski hujan dan dingin kian menusuk Meski leleran keringat berdebu kian menebalkan daki Tak pernah kutahu, yang mana hatimu, yang mana tulusmu Karena mungkin disitu kamu bergelut tak bisa pasti Mengitari bunga-bunga harum semerbak Berduri, menusuk tapi membuai langkahmu Benteng Selayar, Mei 1983 Kerinduan pada Kawan Ratmawati Malaka Kawan ……..! Batu itu terasa runcing ketika kuinjak Menusuk pembuluh darah Perih ……….. Menetes-netes membasahi duniaku Kawan ……! Tanah ini terasa gersang ketika kugenggam Panas membakar kulit Perih ………… Menghitamkan pembungkus-pembungkusku Kawan ……! Masih adakah kamu disana ? Beritamu tak lagi terdengar Biasanya dia terbawa semilir angin Pada saat-saat aku merindukannya Kawan ……! Masih adakah aku dalam batinmu Ketika senja dan pagi membawaku pergi Di tengah kecongkakan dunia Menuju dilemma dan fenomena Kawan ……! Bisikanmu sempat mengusikku, membuai Membawaku ke mega melati Sejuk, nyaman, indah Dimanakah itu sekarang ? Kuingin kau tetap disitu Bogor, 9 Oktober 1983 Mungkinkah ? Ratmawati Malaka Hari-hari semakin tua untuk menyimak kisah di antara kita Kamu sering terbawa kabut menuju angkara murka Sedang aku masih terbuai mimpi Di tepi jurang, di tengah padang tandus Kamu terlalu congkak mengakui cintamu Tetap bertahan dalam onak duri dalam bumi bergetar Dan aku tak pernah sadar akan cinta dalam sekam Hatiku tetap bernyanyi menggelepar tak tentu arah Takkala diam bertitahkan makna Tanah kering tanduspun tak memberi arti Tetap langkahku terbuai dalam kelok mentari Munkinkah cita, cinta dan keadilan dapat dirasa Bogor, November 1983 Aku Terlalu Rapuh Ratmawati Malaka Di Sekolah Menengah Atas, dulu Ketika nilai matematikaku minim Aku ingin mengasah otakku pada dinding laboratorium Hatiku menangis menyesali kelalaian diriku sendiri Dan ketika tak satupun kawanku memandangku Kuingin membenamkan kakiku dalam untaian lembayung Membiarkannya tak bergerak Hatiku menjerit penuh misteri Saat Aku Mahasiswa Saat pertama bertemu professor killer, dan menatapku garang Aku hampir putus asa Dan ketika kopinya muncul yang penuh liku Aku merasa hampir musnah Lalu ketika nilai ujianku bersinar layu Aku menangis sepanjang hari, sepanjang malam Dan ketika fisika atom menggegerkan otakku Aku hampir sembunyi di liang lahat Kala surat sobatku tak kunjung datang Kusurah angin berhenti bertiup, sepi merekah Hatiku yang rapuh Kau seperti daun-daun kering yang diterbangkan angin Terinjak orang lalu hancur rata Dirimu hitam kelam, perlu dicuci dengan untaian kalam Ilahi Kuingin kau tegar seperti gunung dan batu cadas Tak terhancurkan oleh renta dunia Bimbang dan ragu tak perlu kau pelihara Singkirkan dan usir saja sejauh-jauhnya Bogor Kota Hujan, Desember 1983 Hari Ini Ratmawati Malaka Hari ini …….. Kulihat orang lalu di depanku Kulihat kaki-kakinya mengintai lewat sandal jepit Matanya nanar menatap hari depan Penuh debu, penuh kabut Hari ini …… Kulihat wajahku beku Menatap gundukan-gundukan sampah berserakan Dan ada kaki yang mengais-ngais sisa diatasnya Hari ini …. Kubertanya Benarkah itu manusia ? Penuh harapan, penuh duka Hari ini … Kulihat wajahku kaku Aku tak bisa berbuat apa-apa Bogor, 8 Januari 1984 Cinta Ratmawati Malaka Cinta kadang begitu afdal Terlalu dini …… dini Menyatakan cinta Itu Dulu …… Lalu Apa Sekarang Aku tak tahu Lalu Apa jadinya Aku tak tahu Bogor, 8 Januari 1984 Ratmawati Malaka, lahir di Kabupaten Selayar 8 Januari 1965. Penulis adalah dosen pada Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Sejak SMA senang menulis cerpen, puisi dan esai.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS